Sosiolog UGM Dr Arie Sudjito Menilai Jelang Pemilu 2024 Depolitisasi Kian Menguat, Begini Repotnya

- 27 Mei 2023, 15:07 WIB
Diskusi bertajuk Pemilu 2024: Antara  Penegakan Hukum dan Keberpihakan Ekonomi, menghadirkan Sosiolog UGM Dr Arie Sudjito, Ketua Pusat Kajian Demokrasi Konstitusi dan HAM FH UGM Dr Yance Arizona, dan Ekonom FEB UGM Dr Dumairy.
Diskusi bertajuk Pemilu 2024: Antara Penegakan Hukum dan Keberpihakan Ekonomi, menghadirkan Sosiolog UGM Dr Arie Sudjito, Ketua Pusat Kajian Demokrasi Konstitusi dan HAM FH UGM Dr Yance Arizona, dan Ekonom FEB UGM Dr Dumairy. /purwoko/yogyaline.com/ugm

YOGYALINE - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Arie Sudjito berharap Pemilu 2024 diharapkan dapat menghasilkan terpilihnya pemimpin dan wakil rakyat yang berpihak pada masyarakat lemah, menguatnya pemilih muda yang cerdas, anti politik uang dan menguatkan politik serta diskursus di era demokrasi.

Arie Sudjito mengatakan dalam beberapa tahun terakhir depolitisasi semakin menguat di kalangan antarpartai. Depolitisasi hanya melahirkan pemilu jadi agenda rutinitas.

"Mari kita kembalikan pertarungan antarpartai itu bukan lagi konspirasi membentuk blok politik, tapi bertarung ide dan gagasan,” ujar Arie Sudjito dalam Diskusi Pojok Bulaksumur di Selasar Timur Gedung Pusat UGM, Jumat, 26 Mei 2023.

Baca Juga: Inilah Dapil dan Alokasi Kursi DPRD DIY pada Pemilu 2024 dalam PKPU Terbaru: Ada 7 Dapil, Cek Jumlah Kursi!

Diskusi bertajuk Pemilu 2024: Antara  Penegakan Hukum dan Keberpihakan Ekonomi, menghadirkan pula Ketua Pusat Kajian Demokrasi Konstitusi dan HAM FH UGM Dr Yance Arizona, dan Ekonom FEB UGM Dr Dumairy.

Menurut Arie sudjito penyelenggaraan pemilu 2024 seharusnya bisa lebih baik dibandingkan pemilu sebelumnya.

Sebab idealnya setiap penyelenggaraan pemilu memiliki terobosan baru, seperti menguatkan diskusi dan kontestasi politik, adu gagasan.

Bukan sebaliknya munculnya politik uang, depolitisasi, oligarki politik dan politik identitas.

Pemilu 2024 bukan hanya sebagai bagian dari rutinitas pesta demokrasi 5 tahunan dalam rangka melakukan pergantian para calon pemimpin baik di tingkat legislatif maupun eksekutif.

Namun lebih dari itu, Pemilu 2024 mendatang diharapkan terpilihnya pemimpin dan wakil rakyat yang berpihak pada masyarakat lemah, menguatnya pemilih muda yang cerdas, anti politik uang dan menguatkan politik serta diskursus di era demokrasi.

Arie Sudjito juga mengkritisi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu terjebak pada hal teknis dan prosedural.

KPU juga disebutkan tidak menguatkan kualitas pemilu dengan melakukan edukasi ke calon pemilih muda, edukasi larangan politik uang hingga mencegah terjadinya kampanye politik identitas.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024 di Jogja Data Pemilih Bikin Bingung, Alamat Ditulis 000, Apa Maksudnya? Ini Sikap DPRD DIY

Menurutnya jika pemilu terus begini, yang terjadi hanya pergantian formasi, pergantian orang dan rutinitas.

"Pemilu kita terjebak pada rutinitas, terjebak pada teknokrasi,” sebutnya.

Selain itu, ia juga mengkritik bahwa partai selama ini tidak menguatkan perannya dalam melahirkan calon pemimpin berkualitas.

Namun berebut mencari aktor politik dari kalangan pengusaha atau mantan tentara yang berasal dari luar partainya.

Seharusnya di era reformasi, peran partai itu menguat dalam melahirkan calon pemimpin bangsa.

"Elit politik kita harus keluar dari zona nyaman dari rutinitas pemilu ini,” ujarnya.

Sedangkan ekonom senior FEB UGM Dumairy mengatakan, keberpihakan politisi dan partai pada kelompok yang lemah pada petani dan nelayan sangat sulit diwujudkan, sepanjang transaksi politik uang antara calon pemimpin dengan pemilih masih saja tetap berlangsung.

”Kita tidak bisa berharap banyak, apapun yang dikampanyekan caleg dan calon pemimpin. Kita masih terperosok dalam  lubang yang sama dalam setiap pemilu,” katanya.***/bambang sugiharto

Editor: A. Purwoko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x