Kisah pembangunan Selokan Mataram tidak lepas dari hasil diplomasi Sri Sultan HB IX saat masa kerja paksa romusha. Saat itu banyak warga Yogyakarta yang dikirim ke berbagai daerah di Sumatera hingga Malaysia untuk ikut romusha.
Karena merasa khawatir dengan rakyatnya, Sri Sultan HB IX pun meminta kepada Jepang agar bersedia membangun saluran irigasi untuk ketahanan pangan di yogyakarta sendiri. Dikatakan Sri Sulta, bahwa Yogyakarta daerah kering sehingga perlu pengairan untuk bisa memenuhi pertaniannya, yang saat itu masih mengandalkan ketela pohon.
Diplomasi itu diterima Jepang sehingga pengerjaan Selokan Mataram menjadikan alasan untuk mencegah warganya dikirim ke luar daerah.
Saluran irigasi ini selesai dibangun tahun 1944 dan difungsikan bisa mengairi 15.734 ha lahan pertanian. Karena keberhasilannya itu lantas Jepang memberi nama Kanal Yashiro, yang kemudian oleh warga Yogyakarta lebih dipopulerkan dengan nama Selokan Mataram.
Demikianlah sejarah dan arti penting Selokan Van der Wijck dan Selokan Mataram. Keberadaan Selokan Mataram bahkan tidak hanya sebagai suplai air untuk pertanian, namun kini juga dimanfaatkan untuk pembangit listrik tenaga air (PLTA, bahkan dalam pengembangan obyek wisata.
Jadi keberadaannya tetap selamat, meski ke depan akan dibangun jalan tol yang membentang di kota Yogyakarta!***