“Dalam membangun jalan tol ini kita harus cepat, tapi juga tetap harus menjaga kualitas/mutu, memastikan keselamatan konstruksi, dan harus tetap jaga keseimbangan alam," tuturnya.
Untuk trase jalan tol Jogja – Bawen seksi 1 dan seksi 2 ini, ternyata ada cagar budaya terlewati tol, yakni Selokan Mataran dan Selokan Van der Wijck, dua selokan yang memiliki sejarah panjang bagi perjalanan sejarah Yogyakarta.
Meski demikian, keberadaan Selokan Mataram maupun Selokan Van der Wijck tetap selamat karena tol dibuat elevated, bukan landed atau menapak di tanah.
Di sekitar wilayah Banyurejo, Kecamatan Tempel, Sleman, memang merupakan bantaran Selokan Mataram. Selokan Mataram sendiri menghubungkan Sungai Opak dan melintasi wilayah Kota Yogyakarta - Sleman dan berakhir di Sungai Progo di wilayah Bligo.
Selain muara Selokan Mataram, di wilayah Seksi 2 jalur tol Jogja – Bawen ini juga ada Selokan Van der Wijck, yang merupakan urat nadi pengairan wilayah Sleman barat hingga Bantul.
Dari selokan itulah kebutuhan irigasi pertanian maupun kebutuhan lain bagi masyarakat Sleman bisa dipenuhi.
Sejarah dan arti penting dua selokan di Yogyakarta
Selokan Van der Wijck
Selokan Van der Wijck dibangun semenjak pemerintahan Sri Sultan HB VIII atau masa perjuangan kemerdekaan atas penjajahan Belanda. Saat itulah Belanda membangun saluran irigasi yang dimanfaatkan untuk pertanian tebu di wilayah pinggiran kota Jogja, terutama Kecamatan Minggir, Moyudan, hingga Bantul.