Progres Jalan Tol Jogja - Bawen Seksi 1 dan 2, Cek Kesulitan hingga Kisah Selokan Mataram - Van der Wijck

15 Maret 2023, 20:26 WIB
Konstruksi Selokan Van der Wijck salah satu cagar budaya di Yogyakarta--di samping Selokan Mataram dan lain-lainnya, yang selamat meski jalan tol dibangun melintasi kota Yogyakarta. Kini progres tol Jogja - Bawen Seksi 1 dan 2 jelang Ramadan dan Idul fitri 2023 terus dikebut. Cek progresnya di sini. /purwoko/yogyaline.com

YOGYALINE - Inilah progres pengerjaan konstruksi jalan tol Jogja – Bawen Seksi 1 dan Seksi 2, yakni rute Sleman – Banyurejo – Borobudur Magelang, bahwa hingga menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2023 ini masih terus dikebut. Cek soal kesulitan pengerjaan tol Jogja – Bawen, hingga kisah selamatnya cagar budaya di sana.

Ingin tahu cagar budaya apa saja yang ada di wilayah Banyurejo, simak sampai akhir artikel ini.

Terkait nasib dua cagar budaya itu, diketahui progres pengerjaan konstruksi tol Jogja – Bawen, seperti terlihat di pertengahan seksi 1 dan seksi 2 yakni di Banyurejo, Tempel, Sleman, itu kini masih menggesa pondasi untuk tiang tol hingga pembuatan box underpass.

Baca Juga: Cek Progres Jalan Tol Jogja - Bawen Seksi 1 Sleman - Banyurejo, Konstruksi Dikebut hingga Warga Rasakan Dampak

Pembuatan tiang maupun box-box underpass menjadi item pekerjaan yang mendominasi pada tahap sekarang. Hal itu terkait dengan desain jalan tol yang melintasi Yogyakarta dibuat melayang atau elevated.

Diakui Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mewakili Menteri PUPR saat melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) tol Jogja – Bawen, pada Maret tahun lalu di Sleman, bahwa pembangunan jalan tol Jogja - Bawen memiliki tantangan cukup tinggi.

Sebab, selain ingin secepatnya mewujudkan jalan tol, pelaksana juga harus menjaga kawasan cagar budaya (heritage) dan kelestarian lingkungan.

Hal itu belum lagi diakui bahwa trase tol Jogja – Bawen juga melewati wilayah potensi gempa, sungai lahar dingin, hingga wilayah sumber mata air yang harus dijaga keberadaannya.

“Dalam membangun jalan tol ini kita harus cepat, tapi juga tetap harus menjaga kualitas/mutu, memastikan keselamatan konstruksi, dan harus tetap jaga keseimbangan alam," tuturnya.

Untuk trase jalan tol Jogja – Bawen seksi 1 dan seksi 2 ini, ternyata ada cagar budaya terlewati tol, yakni Selokan Mataran dan Selokan Van der Wijck, dua selokan yang memiliki sejarah panjang bagi perjalanan sejarah Yogyakarta.

Baca Juga: Cek Jadwal KM Dobonsolo Bulan Maret – April 2023, Lengkap Semua Rute Jayapura, Ambon, Surabaya, Makasar

Meski demikian, keberadaan Selokan Mataram maupun Selokan Van der Wijck tetap selamat karena tol dibuat elevated, bukan landed atau menapak di tanah.

Di sekitar wilayah Banyurejo, Kecamatan Tempel, Sleman, memang merupakan bantaran Selokan Mataram. Selokan Mataram sendiri menghubungkan Sungai Opak dan melintasi wilayah Kota Yogyakarta - Sleman dan berakhir di Sungai Progo di wilayah Bligo.

Selain muara Selokan Mataram, di wilayah Seksi 2 jalur tol Jogja – Bawen ini juga ada Selokan Van der Wijck, yang merupakan urat nadi pengairan wilayah Sleman barat hingga Bantul.

Dari selokan itulah kebutuhan irigasi pertanian maupun kebutuhan lain bagi masyarakat Sleman bisa dipenuhi.

Sejarah dan arti penting dua selokan di Yogyakarta

Selokan Van der Wijck

Selokan Van der Wijck dibangun semenjak pemerintahan Sri Sultan HB VIII atau masa perjuangan kemerdekaan atas penjajahan Belanda. Saat itulah Belanda membangun saluran irigasi yang dimanfaatkan untuk pertanian tebu di wilayah pinggiran kota Jogja, terutama Kecamatan Minggir, Moyudan, hingga Bantul.

Salokan Van der Wijck cukup unik karena dibangun menggunakan teknologi grativasi bumi, tanpa teknologi mesin sedikitpun.

Saluran irigasi Van der Wijck dibuat melayang,-- sepertihalnya tol yang akan dibangun saat ini, sehingga lebih tinggi dari jalan maupun persawahan yang dilintasi sepanjang ratusan kilometer.

Baca Juga: Zodiak Cinta Lusa Jumat 17 Maret 2023, Aries Jagalah Penampilanmu, Gemini Terlihat Pertengkaran

Pada kontur tanah yang rendah pun, selokan ini mengalir di samping jalan menggunakan konstruksi melayang. Bahkan ketika bersimpangan dengan jalan, selokan ini juga dibuat underpass. Persis jalan tol layang di Yogya kelak!

Karena bentuknya cor dan mengular panjang itulah, warga setempat menamai dengan istilah buk renteng.

Meski pada awalnya menjadi urat nadi irigasi perkebunan tebu, kini Selokan Van Der Wijck tetap menjadi tumpuan pengairan untuk pertanian saat ini, bahkan untuk kebutuhan air warga. Itulah peninggalan jaman Belanda yang hingga kini tetap dijaga.

Selokan Mataram

Sepeti halnya peninggalan zaman penjajahan asing, keberadaan Selokan Mataram juga memiliki sejarah di jalam perjuangan kemerdekaan. Bedanya Selokan Mataram dibangun saat pendudukan Jepang.

Selokan Mataram menyambung dua sungai utama di Yogyakarta, yaitu Sungai Opak di timur dan Sungai Progo di sebelah barat, sehingga aliran selokan melintas hampir sepanjang separoh Jogja.

Kisah pembangunan Selokan Mataram tidak lepas dari hasil diplomasi Sri Sultan HB IX saat masa kerja paksa romusha. Saat itu banyak warga Yogyakarta yang dikirim ke berbagai daerah di Sumatera hingga Malaysia untuk ikut romusha.

Karena merasa khawatir dengan rakyatnya, Sri Sultan HB IX pun meminta kepada Jepang agar bersedia membangun saluran irigasi untuk ketahanan pangan di yogyakarta sendiri. Dikatakan Sri Sulta, bahwa Yogyakarta daerah kering sehingga perlu pengairan untuk bisa memenuhi pertaniannya, yang saat itu masih mengandalkan ketela pohon.

Baca Juga: Harga Tiket Kapal Pelni KM Ciremai Bulan Maret – April 2023, Rute Tanjung Priok, Biak, Surabaya, Sorong, Biak

Diplomasi itu diterima Jepang sehingga pengerjaan Selokan Mataram menjadikan alasan untuk mencegah warganya dikirim ke luar daerah.

Saluran irigasi ini selesai dibangun tahun 1944 dan difungsikan bisa mengairi 15.734 ha lahan pertanian. Karena keberhasilannya itu lantas Jepang memberi nama Kanal Yashiro, yang kemudian oleh warga Yogyakarta lebih dipopulerkan dengan nama Selokan Mataram.

Demikianlah sejarah dan arti penting Selokan Van der Wijck dan Selokan Mataram. Keberadaan Selokan Mataram bahkan tidak hanya sebagai suplai air untuk pertanian, namun kini juga dimanfaatkan untuk pembangit listrik tenaga air (PLTA, bahkan dalam pengembangan obyek wisata.

Jadi keberadaannya tetap selamat, meski ke depan akan dibangun jalan tol yang membentang di kota Yogyakarta!***

Editor: A. Purwoko

Tags

Terkini

Terpopuler