Menurut keterangan Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto, PO merupakan korban pertama yang diungkap. Hal itu setelah pihaknya menerima laporan dari anak PO yang membawa bukti pesan terakhir lewat WA, yang menggambarkan kondisinya sedang terancam di rumah Mbah Slamet.
PO sendiri bersama anaknya, GE, pernah datang ke rumah Mbah Slamet untuk keperluan penggandaan uang itu.
Diperoleh informasi, pada saat itu korban datang dengan menaiki bus lewat Wonosobo. Saat di Wonosobo, Mbah Slamet menjemput dan kemudian mengajaknya datang ke rumahnya di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Saat di rumah Mbah Slamet, anak korban diminta menunggu di ruang tamu. Sedangkan PO dan Mbah Slamet masuk kamar untuk melakukan ritual dalam hal penggandaan uang itu.
Saat itu peroses belum selesai, lantas keduanya pulang ke Sukabumi. Selanjutnya pada 20 Maret lalu, PO datang sendiri ke rumah Mbah Slamet di Banjarnegara.
Pihak keluarga termasuk anak-anaknya tetap di rumah. Namun pada tanggal 23 Maret 2023, PO ternyata mengirim share lokasi dan sebuah pesan yang mencurigakan, terkait keberadaanya di rumah Mbah Slamet.
Atas dasar pesan itulah, GE dan SL kemudian datang ke Banjarnegara dan melaporkan hal itu ke polisi.
Polisi yang turun ke lokasi akhirnya menangkap Tohari alias Mbah Slamet. Belakangan terungkap, ada juga sosok lain yang merupakan tangan kanan Mbah Slamet, yakni BS warga Pekalongan yang diduga terlibat.