Simak Digitalisasi 33 Naskah Kuno di Jogja, Ada dari Naskah Daun Lontar - Kertas Eropa

- 27 Mei 2023, 15:35 WIB
Program WILMA melakukan digitalisasi dengan menggandeng Komunitas Jangkah Nusantara,  wadah muda-mudi Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno.
Program WILMA melakukan digitalisasi dengan menggandeng Komunitas Jangkah Nusantara, wadah muda-mudi Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno. /purwoko/yogyaline.com/adi prabowo

YOGYALINE - Program WILMA atau Wikisource Loves Manuscripts di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah berhasil mendigitalkan 33 naskah kuno dengan total lebih dari 8.000-an halaman.

Dalam proses pengerjaannya, tim digitalisasi terbagi dalam tim ahli konservasi fisik, tim katalogisasi, dan tim digitalisasti serta dokumentasi.

Dengan demikian, sebanyak 8.000 lembar naskah kuno segera bisa diakses  publik secara online. Lanta sapa saja naskah-naskah kuno yang sudah digitalisasi tersebut? Simak di artikel berikut ini.

Baca Juga: Apa Isi dan Makna Naskah-naskah Kuno? Simak 8.000 Lembar Naskah Kuno Masuk Proses Digitalisasi Kekinian

Diketahui, dari 4 Mei hingga 31 Mei 2023 ini WILMA melakukan digitalisasi 33 naskah kuno di empat Kota/Kabupaten Yogyakarta.

Program WILMA melakukan digitalisasi dengan menggandeng Komunitas Jangkah Nusantara,  wadah muda-mudi Yogyakarta yang fokus pada pelestarian dan pemanfaatan naskah kuno.

Program WILMA diinisiasi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Wikimedia Foundation.

Ketua komunitas Jangkah Nusantara, M. Bagus Febriyanto, mengatakan kegiatan ini bertujuan menjaga, memulihkan, dan menghadirkan manuskrip dalam bentuk digital.

“Ada sekitar 30-an manuskrip yang dipreservasi dan didigitalkan yang melibatkan serangkaian langkah penting serta ahli. Manuskrip terdiri dari naskah Al-Qur’an, naskah gending, dan naskah-naskah Jawa lainya,” jelasnya hari ini, Jumat (26/5/2023).

Menurut dia, naskah-naskah ini memiliki nilai intelektual dan sejarah yang luar biasa, dan telah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pengetahuan manusia.

Misi WILMA dimulai dari Bantul dengan menggarap naskah-naskah koleksi Museum Wayang Beber Sekartaji yang dikelola oleh Indra Suroinggeno. 

Baca Juga: Identitas Budaya Modal untuk Membangun Bangsa

Ada 10 naskah di Museum Wayang Beber Sekartajim yang terdiri dari tujuh koleksi lontar dan tiga manuskrip bermaterial kertas Eropa yang digitalisasi.

Selanjutnya WILMA menuju Kota Yogyakarta dengan mendigitalkan delapan buah naskah notasi seni karawitan karya empu gending Yogyakarta yaitu K.R.T. Wiroguno.

“Naskah-naskah itu tersimpan dan menjadi koleksi Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni K.R.T. Wiroguno di kompleks nDalem Kaneman,” kata Bagus.

Kegiatan ini berlanjut di Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM yang telah mendigitalkan delapan buah naskah empat di antaranya lontar dan empat buah naskah bermaterial kertas.

Usai dari UGM, WILMA selanjutnya mendigitalisasi naskah-naskah milik masyarakat Gunungkidul. Pada pelaksanaan misi di Gunungkidul Tim lapangan yang digawangi Komunitas Jangkah Nusantara bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul.

Naskah koleksi masyarakat Gunungkidul yang berhasil didigitalisasi ada empat buah, tiga berasal dari daerah Nglipar milik Sakiyo dan satu naskah dari Paliyan milik Sutoyo.

Terakhir WILMA menggarap tiga naskah yang didigitalkan dari koleksi pribadi Srinarendra yang merupakan seorang guru dan pegiat aksara Jawa di Sleman.

 “Dengan demikian misi WILMA di DIY telah berhasil mendigitalkan 33 naskah dengan total lebih dari 8.000-an halaman,” kata Bagus.

Dalam proses pengerjaannya, tim digitalisasi terbagi dalam tim ahli konservasi fisik, tim katalogisasi, dan tim digitalisasti serta dokumentasi.

Baca Juga: Ayo Dukung Kebaya Diakui UNESCO Sebagai Warisan Budaya Leluhur

Naskah-naskah yang telah didigitalisasi akan diunggah ke situs Wikimedia Commons, yaitu repository berkas multimedia yang bebas dan terbuka.

Nantinya, diharapkan siapapun dapat memanfaatkan hasil digitalisasi manuskrip dari Yogyakarta ini.

Selain disimpan secara online, naskah-naskah yang telah diunggah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai korpus dataset untuk pengembangan Optical Character Recognition (OCR) berbasis intelegensi buatan (artificial intelegent).

Tujuannya yaitu untuk membantu mempercepat proses pembacaan naskah ke dalam format karakter digital di masa yang akan datang.

Ilham Nurwansah, Wikimedian in Residence yang merupakan motor program ini menyebutkan kegiatan ini merupakan rangkaian panjang preservasi naskah melalui metode digitalisasi ke dalam format baru dengan pendekatan urun daya komunitas.

“Program digitalisasi naskah umumnya selesai pada tahap pengunggahan atau penyediaan gambar secara online. Wikisource Loves Manuscripts mengolah secara langsung hasil digitalisasi melalui proses transkripsi aksara secara online dan terstruktur,” jelasnya.

Baca Juga: Yogyakarta gelar delapan kompetisi Bahasa dan Sastra Jawa untuk Pelajar dan Umum

Dirinya berharap masyarakat dan komunitas terlibat langsung untuk urun daya mengolah hasil digitalisasi manuskrip, serta merawat warisan budaya dengan cara yang lebih kekinian.

Sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan awal pengembangan analisis naskah berbasis kecerdasan buatan. ***/adi prabowo

Editor: A. Purwoko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x