“Ada sekitar 30-an manuskrip yang dipreservasi dan didigitalkan yang melibatkan serangkaian langkah penting serta ahli. Manuskrip terdiri dari naskah Al-Qur’an, naskah gending, dan naskah-naskah Jawa lainya,” jelasnya hari ini, Jumat (26/5/2023).
Menurut dia, naskah-naskah ini memiliki nilai intelektual dan sejarah yang luar biasa, dan telah memberikan kontribusi penting dalam memperkaya pengetahuan manusia.
Misi WILMA dimulai dari Bantul dengan menggarap naskah-naskah koleksi Museum Wayang Beber Sekartaji yang dikelola oleh Indra Suroinggeno.
Baca Juga: Identitas Budaya Modal untuk Membangun Bangsa
Ada 10 naskah di Museum Wayang Beber Sekartajim yang terdiri dari tujuh koleksi lontar dan tiga manuskrip bermaterial kertas Eropa yang digitalisasi.
Selanjutnya WILMA menuju Kota Yogyakarta dengan mendigitalkan delapan buah naskah notasi seni karawitan karya empu gending Yogyakarta yaitu K.R.T. Wiroguno.
“Naskah-naskah itu tersimpan dan menjadi koleksi Pusat Kajian Arsip dan Dokumen Seni K.R.T. Wiroguno di kompleks nDalem Kaneman,” kata Bagus.
Kegiatan ini berlanjut di Program Studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM yang telah mendigitalkan delapan buah naskah empat di antaranya lontar dan empat buah naskah bermaterial kertas.
Usai dari UGM, WILMA selanjutnya mendigitalisasi naskah-naskah milik masyarakat Gunungkidul. Pada pelaksanaan misi di Gunungkidul Tim lapangan yang digawangi Komunitas Jangkah Nusantara bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gunungkidul.