Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Sandy Nurvianto mengungkap orangutan Tapanuli berbeda dari Sumatra dan Kalimantan.
Saat ini disebutnya populasi orangutan Tapanuli tinggal menyisakan 800 ekor di alam sehingga perlu perhatian bersama agar tidak punah.
Menurutnya banyak jenis-jenis satwa liar yang saat ini keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemahaman manusia terhadap keberadaan mereka, khususnya untuk jenis-jenis yang memiliki populasi kecil dan terfragmentasi seperti orangutan Tapanuli.
Jenis ini terisolasi di Batangtoru dan termasuk paling tua di antara jenis orangutan di Indonesia. Mereka punya makanan yang khas sesuai lokasi mereka berada," ungkapnya.
Sandy mengatakan saat ini populasi yang semakin kecil sangat membahayakan kelangsungan hidup spesies orangutan Tapanuli. Karena itulah keberlanjutan mereka harus menjadi perhatian bersama.
Fransisca Ariatiningsih berkeyakinan edukasi orangutan Tapanuli menjadi hal wajib dilakukan terutama melihat sikap manusia yang menilai orangutan sebagai obyek bahkan hama.
Ia berharap edukasi ini dapat menggugah manusia menyadari pentingnya keberadaan orangutan bagi kehidupan manusia.
Saat ini orangutan Sumatera disebutnya tinggal 13.830 individu di ekosistem Leuser, kalau orangutan Tapanuli tinggal 800 individu. Namun sayangnya jumlah ini ada di blok-blok populasi yang kecil-kecil.