Habitat Orangutan Tapanuli Terancam, UGM dan Pegiat Lingkungan Gelar Road Show Peduli Pongo Tapanuliensis

- 27 Maret 2023, 10:08 WIB
Spesies orangutan Tapanuli kini keberadaannya kian terancam, sehingga pegiat lingkungan dan UGM menggelar acara guna edukasi terhadap kelangsungan hidup satwa ini.// unsplash.com/ CHUTTERSNAP
Spesies orangutan Tapanuli kini keberadaannya kian terancam, sehingga pegiat lingkungan dan UGM menggelar acara guna edukasi terhadap kelangsungan hidup satwa ini.// unsplash.com/ CHUTTERSNAP //Rianti setyarini/

YOGYALINE - Orangutan merupakan satwa endemik yang keberadaannya hampir punah dan dilindungi oleh negara. Sayangnya, masih banyak praktik jual-beli, pemeliharaan ilegal, hingga pembunuhan atas satwa langka ini.

Keberadaan orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis)  menjadi perhatian besar saat ini karena ciri khas tersendiri yang berbeda dari jenis orangutan lainnya. Namun kini di habitatnya hewan ini hampir punah, dan diperkirakan hanya menyisakan 800 ekor saja.

Sesuai namanya, orangutan Tapanuli merupakan salah satu spesies dari genus orangutan yang berasal dari daerah Tapanuli, Sumatera.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca di Yogyakarta Hari Ini Senin, 27 Maret 2023 Hujan Pada Siang - Hari di Semua Wilayah

Orangutan Tapanuli merupakan tambahan spesies baru sekaligus spesies ketiga yang ditemukan setelah spesies orang utan Kalimantan dan orangutan Sumatera.

Awal bulan November 2017 lalu, peneliti menemukan spesies baru orangutan di Sumatera Utara. Spesies yang kemudian disebut orangutan Tapanuli ini berhabitat di Perbukitan Batang Toru. Sayangnya, karena konservasi lahan untuk industri dan pertanian, habitat mereka pun terancam.

Menanggapi isu tersebut, Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) bersama Orangutan Information Center (OIC), dan The Body Shop melakukan kampanye ke perguruan tinggi untuk mendukung perlindungan orangutan.

Universitas Gadjah Mada menjadi salah satu tuan rumah dalam roadshow  Peduli orangutan Tapanuli yang dilaksanakan secara luring pada Sabtu, 25 Maret 2023.

Roadshow Peduli orangutan Tapanuli ini dikemas santai dan fun, untuk menarik minat anak muda agar ikut berkampanye melindungi keberadaan orangutan.

Dr Arie Sudjito, SSos., MSi, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM menilai pentingnya penemuan spesies orangutan Tapanuli ini, dalam rangka penyelamatan satwa langka yang dilindungi negara.

Baca Juga: Cek Jadwal iNews TV Hari Ini Senin, 27 Maret 2023, Kualifikasi Euro 2024, hingga Ramadhan Story

"Isu ini tentunya perlu dan patut direspons oleh mahasiswa dan Perguruan Tinggi. Saya menyambut baik inisiatif misi penyelamatan orangutan ini sebagai bentuk pelestarian alam,” ucap Arie Sudjito.

Isu konservasi alam sudah menjadi masalah yang tak berujung. Berkembangnya industri seringkali mengakibatkan eksploitasi alam yang tidak berkelanjutan. Hal ini menyebabkan banyak spesies satwa yang kehilangan habitatnya, hingga mengalami kepunahan.

"Saya yakin isu konservasi adalah isu kita bersama. Masalah perubahan iklim, keragaman hayati, populasi itu adalah masalah kita bersama ke depannya,” tutur Direktur dan Kemitraan Yayasan Keanekaragaman Hayati, Rika Anggraini.

Dilansir oleh OIC Sumatera Utara, sepanjang tahun 2012-2022 terdapat 262 orangutan yang berhasil diselamatkan.

Sebanyak 166 dari 177 orangutan berhasil diselamatkan, 81 di antaranya ditarik dari oknum yang memelihara orangutan secara ilegal, serta 4 lainnya tidak bisa bertahan hidup. Beberapa orangutan yang ditemukan mati itu memiliki lubang peluru di tengkoraknya. 

“Karena habitat mereka (orangutan) digusur, terpaksa mereka harus mencari makan ke perdesaan. Masyarakat masih banyak yang menganggap mereka hama karena mengambil hasil panen dan buah-buahan. Jadi banyak yang akhirnya ditembak mati,” tutur Fransisca Ariantiningsih dari OIC.

Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Sandy Nurvianto mengungkap orangutan Tapanuli berbeda dari Sumatra dan Kalimantan.

Saat ini disebutnya populasi orangutan Tapanuli tinggal menyisakan 800 ekor di alam sehingga perlu perhatian bersama agar tidak punah.

Baca Juga: Cek Jadwal Kapal Pelni KM Bukit Raya Bulan Maret – April 2023, Rute Midai, Natuna, Tarempa, Letung, Kijang

Menurutnya banyak jenis-jenis satwa liar yang saat ini keberlangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemahaman manusia terhadap keberadaan mereka, khususnya untuk jenis-jenis yang memiliki populasi kecil dan terfragmentasi seperti orangutan Tapanuli.

Jenis ini terisolasi di Batangtoru dan termasuk paling tua di antara jenis orangutan di Indonesia. Mereka punya makanan yang khas sesuai lokasi mereka berada," ungkapnya.

Sandy mengatakan saat ini populasi yang semakin kecil sangat membahayakan kelangsungan hidup spesies orangutan Tapanuli. Karena itulah keberlanjutan mereka harus menjadi perhatian bersama.

Fransisca Ariatiningsih berkeyakinan edukasi orangutan Tapanuli menjadi hal wajib dilakukan terutama melihat sikap manusia yang menilai orangutan sebagai obyek bahkan hama. 

Ia berharap edukasi ini dapat menggugah manusia menyadari pentingnya keberadaan orangutan bagi kehidupan manusia.

Saat ini orangutan Sumatera disebutnya tinggal 13.830 individu di ekosistem Leuser, kalau orangutan Tapanuli tinggal 800 individu. Namun sayangnya jumlah ini ada di blok-blok populasi yang kecil-kecil.

Mereka ada di 800-1000 meter di atas permukaan laut karena tekanan di dataran rendah tinggi, bersinggungan dengan manusia. Karena itu kenapa konservasi perlu dilakukan dan membutuhkan peran banyak pihak dari segala sektor.

Baca Juga: Menu Puding yang Sehat dan Lumer Cocok Untuk Makanan Penutup Buka Puasa

Fransisca menyampaikan pihaknya selama ini berusaha melakukan upaya konservasi dengan melibatkan masyarakat lokal.

Apalagi, degradasi hutan sangat nyata terasa sehingga perlu perhatian bersama untuk menyelamatkan ekosistem hutan tempat hewan liar hidup.

Orangutan ini disebutkan sangat suka durian yang merupakan buah hutan, padahal ini menjadi andalan ekonomi manusia.

"Ini yang kerap menjadi akar konflik atau disebut sekarang interaksi negatif dengan manusia. Ini juga yang sekali lagi mengharuskan segala sektor berperan pada upaya konservasi," pungkas Fransisca. ***/bambang sugiharto

Editor: A. Purwoko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x