YOGYALINE - Permasalahan sampah masih menjadi problem harian warga Kota Yogyakarta dan sekitarnya pasca penutupan TPA Piyungan sejak Juli 2023 lalu. Berbagai upaya penanganan sampah pun terus diupayakan pemerintah daerah.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengklaim volume sampah Kota Yogyakarta kini telah berkurang menjadi 60 ton per hari. Penurunan volume sampah itu merupakan hasil program Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) yang digencarkan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Pj Walikota Yogyakarta di Balai Kota Yogyakarta, Selasa 19 September 2023 kemarin mengungkapkan, berbagai varian dari pengembangan biopori terus diusahakan.
“Akan terus kami kembangkan biopori dengan berbagai macam varian yang ada. Baik ember tumpuk, biopori, losida, biolos dan sebagainya, menyesuaikan kondisi masing-masing rumah," ujar Singgih Raharjo.
Gerakan Mbah Dirjo yang diluncurkan, menurutnya telah menghasilkan sekitar 30.000 biopori. Volume sampah sudah berkurang sekitar 100 ton dengan adanya Gerakan Zero Sampah Anorganik dari sebelumnya mencapai sekitar 300 ton per hari pada tahun 2022.
Oleh karena itu, pihaknya menargetkan gerakan Mbah Dirjo bisa berkontribusi mengurangi sampah berkisar 20-30 persen dari total volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta, yakni sekitar 200 ton per hari.
Pemerintah Kota Yogyakarta juga akan terus mencoba mengembangkan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di selatan TPS 3R di Nitikan.
Selain itu juga mengoptimalkan pengelolaan sampah mandiri yang sudah dilakukan masyarakat selama ini, seperti operasional TPST Karangmiri di Giwangan, pengelolaan sampah di Rusunawa Benerm dan pengolahan sampah dengan biokonversi maggot di Kandang Maggot Yogya di wilayah Kricak.