Dari arah tribune selatan, ada seorang suporter yang nekat memasuki lapangan dan mendekati Sergio Silva dan Maringa. Ia terlihat memberikan motivasi dan kritik kepada mereka.
Kemudian, beberapa oknum turut menerobos masuk dan meluapkan kekecewaannya kepada para pemain Arema, membuat John Alfarizi terlihat memberikan pengertian kepada para oknum tersebut.
Para suporter dari berbagai sisi stadion turut memasuki lapangan untuk meluapkan kekecewaannya kepada para pemain, sehingga membuat keadaan semakin ricuh.
Keadaan semakin tidak terkendali, diikuti dengan lemparan berbagai macam benda ke dalam lapangan, sehingga para pemain digiring masuk ke ruang ganti dengan dikawal oleh pihak berwajib.
“Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis,” ujarnya.
“Dipentung dengan tongkat panjang, satu suporter dikeroyok aparat, dihantam, dan banyak tindakan lainnya,” kata dia menyambung.
Ketika aparat memukul mundur suporter di sisi selatan, dari sisi utara turun dan menyerang ke arah aparat. Kondisi semakin tidak kondusif akibat banyaknya suporter yang masuk kelapangan.
Aparat beberapa kali menembakkan gas air mata ke arah suporter yang di lapangan, dan dibalas dengan serangan lemparan dari suporter sisi barat dan utara.
Selain gas air mata yang ditembakkan ke arah suporter di setiap sudut lapangan, ada juga yang ditembakan ke arah tribune 10.
Para penonton yang panik karena gas air mata semakin ricuh dan berlarian mencari pintu keluar. Namun sayang pintu keluar sudah penuh sesak oleh para suporter yang panik terkena gas air mata.