Karena gempa yang berpusat di Kabupaten Bantul pada 17 tahun silam merupakan pelajaran penting bagi seluruh masyarakat.
Dengan adanya mitigasi kebencanaan yang baik dan benar, maka kerusakan dan korban bencana diharapkan juga dapat diantisipasi.
“Tak hanya kejadian 17 tahun silam, Kilas Pitulas juga menyuguhkan dokumentasi terkini masyarakat yang sadar akan pentingnya mitigasi kebencanaan yang baik,” jelasnya.
Sejumlah catatan sejarah menunjukkan bahwa gempa bumi sudah berulang kali terjadi di Jogja. Wilayah D.I. Jogjakarta setidaknya pernah dilanda 12 kali gempa bumi yang bersifat destruktif atau merusak.
Sebelum peristiwa 27 Mei 2006, bencana gampa juga terjadi pada tahun 1840 dan 1859 yang diikuti tsunami, lalu tahun 1867, 1875, 1937, 1943, 1957, 1981, 1992, 2001, 2004.
Gempa berkekuatan 5,9 skala Richter yang terjadi pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 silam disebutkan menjadi bencana paling mematikan dalam sejarah modern di Jogja dan sekitarnya.
Ingatan pendek masyarakat menyebabkan banyak bencana yang pernah terjadi dilupakan, sehingga saat bencana kembali berulang, kerusakan dan korban jiwa kembali berjatuhan.
Oka berharap, di masa depan gempa tak boleh lagi menjadi hal buruk bagi warga.