Program Padat Karya BKK DIY Giatkan Warga di Kampung-kampung, Garap Irigasi - Jalan Tembus Dusun

28 Juni 2023, 08:45 WIB
Di Dusun Wunut, Sriharjo, Imogiri, Bantul, DIY, proyek padat karya menargetkan pembangunan jalan cor blok sepanjang 1.200 meter dari total aksen jalan sepanjang 1.400 meter dan melintasi dua wilayah RT 05 dan RT 06. /purwoko/yogyaline.com

YOGYALINE – Program padat karya sedang digesa pemerintah daerah di DIY hingga menggerakkan warga hingga di kampung-kampung. Demikian juga, sebanyak 117 kelompok masyarakat di 17 kecamatan (kapanewon) di Bantul, DIY, menerima program padat karya melalui bantuan keuangan khusus (BKK) 2023.

Lewat program padat karya ini, warga bisa menggunakannya untuk memperbaiki jalan, irigasi, jalan tembus di pedusunan, dan infrastruktur lainnya.

Kepala Disnakertrans Bantul, Istirul Widilastuti menerangkan anggaran Program Padat Karya Infrastruktur BKK 2023 berasal dari pemerintah. Setiap titik mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 200 juta.

Baca Juga: Pengaduan Jalan Rusak Masuk, Ganjar Pranowo Datang ke Cilacap - Cari-cari Pak Lurah, Ini yang Ditemukan

 “Program ini bertujuan mewujudkan pembangunan infrastruktur desa secara swakelola untuk meningkatkan akses serta pendapatan masyarakat,” jelasnya.

Di setiap titik, terdapat sebanyak 52 tenaga kerja yang semuanya merupakan warga sekitar yang masuk dalam kriteria yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Bantul. 

Keberadaan proyek selama 24 hari ini telah menyerap total tenaga sebanyak 6.000 orang.

Padat Karya Dusun Wunut

Di Dusun Wunut, program padat karya ini disambut dengan gembira. Puluhan tahun warga Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Bantul ini menanti adanya jalan tembus ke Desa Mangunan, Dlingo dan baru terwujud tahun ini.

Lewat Program Padat Karya Infrastruktur BKK 2023, jalan berupa cor blok membelah bukit menjadi akses penting perekonomian.

Padat karya ini dikerjakan sejak 2 sampai 24 Juni 2023.

Di dusun Wunut, proyek padat karya menargetkan pembangunan jalan cor blok sepanjang 1.200 meter dari total aksen jalan sepanjang 1.400 meter dan melintasi dua wilayah RT 05 dan RT 06.

Sebagai dusun paling ujung di Desa Sriharjo, Dusun Wunut dapat dijangkau dengan menghabiskan jalan di pinggir Sungai Oya dari sisi utara.

Baca Juga: Simak Data Kemiskinan di DIY, Jumlah Penduduk, hingga Program dan Anggaran, Wakil Ketua DPRD Bicara Target

Dusun berpenghuni total 100-KK ini berada di bawah dan lereng terjang bukit Mangunan.

Selama ini akses jalan hanyalah jalan utama di sisi utara Sungai Oya atau bisa menggunakan sisi selatan sungai dengan menyeberangi jembatan gantung yang dulu roboh terhantam banjir besar 2017.

Mbah Sukir (76), warga RT 05 yang rumahnya berada paling tinggi tidak menyangka jalan setapak yang setahun sebelumnya dibuka secara swadaya langsung mendapatkan pendanaan untuk di cor blok.

“Saya dulu tinggal di pinggir sungai, usai banjir besar pindah ke sini karena rumah dirobohkan karena rawan longsor”.

“Saat jalan setapak, setiap malam satu dua orang yang lewat. Mungkin nanti akan semakin ramai orang lewat karena jalannya bagus,” katanya pada akhir pekan lalu.

Baginya, keberadaan jalan cor blok yang dikerjakan secara swadaya oleh warga kedua RT ini seperti mimpi yang menurutnya bakal tidak akan terwujud.

Kehadiran jalan cor blok ini seperti menjawab doanya dan tak hentinya dia bersyukur.

Ketua Kelompok penerima manfaat padat karya RT 06, Sihono bercerita bagaimana sulitnya warga yang berkeinginan pergi ke Dusun Kanigoro, Mangunan saat melintasi jalan setapak yang terjal naik bukit.

“Setahun kemarin jalan ini dibuka dengan bantuan dari TMMD dan proposal yang kami ajukan langsung mendapatkan persetujuan. Seluruh pengorbanan warga tidak sia-sia,” jelasnya, Sabtu (24/6).

Baca Juga: Banyak Aplikasi Pemerintah Daerah yang Disebut Tak Efisien, Begini Usul Anggota DPRD DIY Raden Stevanus

Menurutnya, tidak hanya dari segi tenaga saja pengorbanan yang dilakukan warganya.

Bahkan ada warga yang rela menghibahkan belasan meter tanahnya untuk dijadikan jalan yang dicor blok selebar dua meter.

Dari bawah, jalan menuju atas berkelok tajam dan menanjak. Wajar saja, jika bukan warga Wunut yang berani melintas.

Terdapat dua tikungan ‘irung petruk’ yang menikung tajam dan terjal.

Sihono bercerita, karena sulitnya medan jalan. Seluruh material berupa pasir, batu split  (Krakal) dan semen harus diangkut menggunakan sepeda motor.

Pasir dan batu split sebelumnya harus diwadahi dalam karung-karung kecil untuk mempermudah pengangkutan.

“Dari sekian proyek padat karya yang dijadwalkan serentak dikerjakan 2 Juni. Kami sudah mulai dulu seminggu sebelumnya. Warga siang dan malam saling membantu mengangkut material ke atas,” katanya.

Bahkan selama tiga minggu pengerjaan proyek, setiap malam warga tetap mengangkut material agar proyek bisa tetap dikerjakan besoknya.

Dari atas, kita bisa melihat jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Oya. Bahkan ketika melihat ke hulu, kelokan Sungai Oya yang bersumber dari Gunungkidul terlihat seperti tubuh ular yang besar.

“Warga dua RT sepakat untuk sisa jalan yang belum tersentuh program padat karya akan diselesaikan secara swadaya. Kami mengucapkan terima kasih karena pemerintah telah mewujudkan mimpi kami,” ucapnya.

Baca Juga: Simak Progres Proyek Jalan Tol Jogja - Solo Terkini, Ganti Untung Lahan Seksi 1 di Sleman Bikin Senang Warga

Kepala Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah tidak menyangka semangat warga Wunut begitu besar dalam mewujudkan jalan yang diimpikan.

Kerja keras siang malam warga, baginya sudah terbayar lunas.

“Sekarang tinggal bagaimana kedepan bisa memanfaatkan potensi ekonomi yang tersembunyi. Pariwisata mungkin menjadi pilihan utama karena bukit Wunut memiliki pemandangan yang indah,” jelasnya.***

Editor: A. Purwoko

Tags

Terkini

Terpopuler