Inilah Lagu-lagu Bulan Maria atau Bulan Mei - Kisah Tradisi di Gereja Universal hingga Maknanya Masa Kini

7 Mei 2023, 12:28 WIB
Sagrada Familia, Gereja Katedral yang dibangun Selama 150 Tahun /Tangkap Layar TikTok @Susan.Hover/

YOGYALINE – Bulan Mei ditetapkan sebagai Bulan Maria dalam tradisi Gereja dan umat Katolik di dunia. Inilah deretan judul lagu yang biasa dinyanyikan pada doa-doa dan Devosi pada bulan Maria atau bulan Mei.

Diketahui, di bulan Mei ini doa-doa secara khusus diungkapkan dalam pengabdian dan penghormatan kepada Bunda Maria.

Di kalangan umat Katolik, mereka memiliki tradisi dengan melaksanakan doa-doa, baik di gereja, tempat-tempat doa, maupun di keluarga, baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri.

 

 Baca Juga: Inilah Lirik Lagu Di Lourdes di Gua, Salah Satu Lagu yang Menjadi Tradisi Gereja Dinyanyikan pada Bulan Maria

Berikut lagu-lagu khas Bulan Maria yang biasa dilantunkan pada Bulan Mei:

Di Lourdes Di Gua

Hai Marilah Kita Bersama

Mengasih Maria

Rosario Lambang Suci

Doa Cari Perlindungan

Kami Datang Padamu

Ave Ave Ave Maria

Jangan lupa ya Maria

Ratu Rosari

Namamu Ya Maria

Bunda Pembantu Abadi

Siti Yang Mulia

Mari Muliakan Maria

Bunda Allah yang tak tercela

Ratu Surga Yang Mulia

Kepada Bunda Perawan

Renya Dari Fatima

Baca Juga: Bulan Mei Bulan Maria, Ekaristi Pembukaan di Sendang Jatiningsih, Yogyakarta pada Minggu 30 April 2023 Malam

Bunda Tuhan

Doa Meminta Berkatmu

Ya Bunda Pemurah

Ave Bunda Tuhan

Nyanyian Bunda Maria

Salam Santa Maria

Lagu Bunda Maria

O Santa Maria

Ita Naha Boa Joang

Permaisuri Surga

Tentang tradisi devosi bulan Maria

Bagaimana kisah tentang Bulan Maria? Banyak literatur yang menjadi dasar dalam mengulas hal trsebut.

Merangkum dari Katolikku.com, devosi kepada Maria di bulan Mei dimulai dengan tradisi lama, berupa ‘Pengabdian 30 Hari kepada Maria’ di kalangan gereja pada abad 19.

Baca Juga: Audiensi PWKI di Vatikan, Sri Sultan HB X Hadiahkan Gunungan untuk Sri Paus

Tradisi yang semula diadakan pada tanggal 15 Agustus hingga 14 September kala itu, kemudian ditetapkan diganti pada bulan Mei, sesuai situasi dan kondisi sosial pada masa itu.

Selama bulan Mei memang devosi diselenggarakan warga gereja saat itu, tetapi hanya ada sedikit informasi untuk mengetahui bagaimana itu dirayakan.

Namun kebiasaan yang dimulai di Italia itu akhirnya menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Kemudian, Mei sebagai bulan Maria pun dikenal oleh gereja universal pada 1854 saat Paus Pius IX mengumumkan dogma 'Immaculate Conception'.

Dalam dogma disebutkan bahwa Maria, ibunda Yesus telah bebas dari dosa asal sejak ia dikandung.

Memasuki abad ke20, pada tahun 1945, Paus Pius XII mengukuhkan Mei sebagai bulan Maria setelah menetapkan pesta Ratu Maria pada tanggal 31 Mei.

Pada 29 April 1965, Paus Paulus VI merilis ensiklik 'Mense Maio'. Dalam dokumen ini, Paus Paulus menyebut Mei jadi waktu yang tepat untuk mendasarkan doa, mempersembahkan penghormatan kepada Bunda Maria.

Devosi kepada Bunda Maria juga sangat ditekankan oleh St Paus Yohanes Paulus II. Sejak kecil St Yohanes Paulus II sudah akrab dengan devosi Bunda Maria yang menjadi motor penggerak hidup dan panggilan imamatnya.

Baca Juga: PWKI Komitmen Siap Aktif Dalam Perdamaian Dunia, Ini Pesan Kardinal Suharyo

Maria di bulan Mei masa kini, berdasarkan Ensiklik Paus Paulus VI secara khusus memperhatikan perdamaian, menyerukan syafaat dan perlindungan’, baik untuk diri pribadi, keluarga, maupun ibu kita.

“Di tengah tindak kekerasan yang terus berlangsung di banyak wilayah di dunia, menghadap kepada Kristus melalui Bunda Maria adalah cara penting untuk berdoa agar Mei menjadi bulan damai”.

“Untuk ukuran yang baik, Mei juga untuk merayakan Hari Ibu biologis kita. Biarkan bulan Maria menjadi alasan baru untuk menghormati dan merayakan ibumu sendiri”.

“Tidak ada kekurangan alasan untuk tetap dekat dengan Maria bulan ini, dan sepanjang hidup kita”.

“Temukan cara untuk menghormatinya dengan kata-kata dan tindakan Anda dengan mencari cara baru untuk membawa belas kasihan dan perdamaian melalui gereja-gereja kita ke dunia kita.” demikian bunyi surat tersebut.***

Editor: A. Purwoko

Tags

Terkini

Terpopuler