Begini Nasib Monyet - Kijang di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, Simak Respon 12 Jenis Mamalia di Sini

- 13 Maret 2023, 21:17 WIB
Kijang salah satu jenis mamalia darat yang ada di sekitar Gunung Merapi, kini habitatnya terancam. Begini faktornya.
Kijang salah satu jenis mamalia darat yang ada di sekitar Gunung Merapi, kini habitatnya terancam. Begini faktornya. /bambang sugiharto/tngm/yogyaline.com

YOGYALINE – Beginilah nasib 12 satwa mamalia, dari monyet, kijang, hingga tupai terbang yang berada di sekitar Gunung Merapi, tepatnya di area Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terkait aktivitas erupsi Gunung Merapi.

Dari hasil penelitian mahasiswa program studi doktor Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan UGM, Nurpana Sulaksono, menyebutkan ada 12 jenis hewan mamalia berukuran besar hingga sedang yang tinggal di area  Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). 

TNGM merupakan salah satu habitat satwa asli pegunungan Jawa yang terancam keberadaannya akibat gangguan manusia dan gangguan alam karena lokasinya sekarang ini berada di area gunung api paling aktif di Indonesia, yang juga dikelilingi permukiman padat penduduk. 

Baca Juga: Ramalan Zodiak Karier Lusa Rabu 15 Maret 2023, Aries Mampu Menyelesaikan Projek, Leo Maju ke Arah yang Tepat

"Gangguan alam yang mengganggu keberadaan satwa liar di area Merapi berupa bencana erupsi yang terjadi secara periodik”.

“Sedangkan gangguan dari aktivitas manusia berupa kegiatan perumputan, penambangan dan wisata," kata Nurpana Sulaksono dalam ujian terbuka untuk meraih gelar doktor di Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta, Senin, 13 Maret 2023.

Satwa yang hidup di kawasan TNGM itu di antaranya monyet, kijang, landak, garangan, lutung, babi hutan, trenggiling, kucing hutan, lutung, biul, rase, dan tupai terbang.

Dari 12 jenis mamalia itu, 10 di antaranya jenis mamalia darat.

"Yang paling banyak adalah monyet ekor panjang, kijang, landak dan luwak," tutur Nurpana.

Dalam disertasinya  berjudul Respon Mamalia Darat Ukuran Sedang-Besar pada Berbagai Tipe Gangguan di Lanskap Taman Nasional Gunung Merapi, Nurpana mengatakan mamalia dengan ukuran sedang dan besar seperti monyet dan lutung atau kijang cenderung menghindar dan menjauhi area yang dekat dengan gangguan, baik permukiman maupun penambangan.

“Satwa itu cenderung berada di area tutupan rapat dan menjauh dari area permukiman dan penambangan serta suka pada lahan yang agak tinggi,” jelasnya.

Baca Juga: Jadwal Kapal Pelni KM Dorolonda Bulan Maret – April 2023 Rute Surabaya, Makasar, Bau Bau, Bitung, Namlea

Soal ketersediaan habitat populasi mamalia di TNGM saat ini, ia menyebutkan habitat paling luas dimiliki oleh kucing hutan yang menempati area seluas 5.000 hektar, baik di dalam maupun luar TNGM.

Kemudian  diikuti luwak 4.700 hektar, dan kijang menempati area 3.000 hektar, baik di luar maupun di dalam kawasan taman nasional.

Namun demikian, imbuhnya, kondisi habitat kijang saat ini terjadi fragmentasi akibat erupsi dan adanya aktivitas permukiman penduduk. Lokasi habitat tersebut berada di utara dan selatan gunung Merapi.

"Antara wilayah utara dan selatan terputus yang akan memberikan dampak pada pelestarian area yang seharusnya populasinya bisa terhubung," tuturnya.

Ia menjelaskan gangguan habitat yang paling tinggi terjadi pada habitat yang terdampak akibat gangguan aktivitas penambangan.

Habitat dengan tingkat gangguan tinggi cenderung direspon dengan kekayaan jenis dan keragaman jenis mamalia yang rendah.

Pada habitat yang tidak terganggu justru cenderung memiliki kekayaan tinggi, namun memiliki tingkat keragaman mamalia paling rendah akibat adanya dominasi beberapa jenis satwa tertentu.

Baca Juga: Jadwal Kapal PELNI KM CIREMAI Bulan Maret–April 2023, Rute Surabaya, Bau Bau, Jayapura, Sorong, Biak, Makasar

Dari hasil penelitian ini, ia menyampaikan rekomendasi untuk dilakukan  pengukuran kondisi mamalia secara aktif dan kontinyu.

Ini dimaksudkan untuk mengetahui dinamika dan perkembangan jumlah populasi dan habitatnya. 

Selain itu, diperlukan pengaturan waktu aktivitas pengambilan rumput oleh masyarakat. 

“Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia,” ujarnya.

Namun yang tidak kalah lebih penting, menurut Nurpana, perlunya pengamanan kawasan untuk mencegah aksi perburuan.

Selain itu juga perlu dilakukan pengaturan dan penertiban terhadap aktivitas penggalian batu dan pasir untuk mencegah terjadinya fragmentasi habitat. 

Baca Juga: Inilah Jadwal All England 2023, Indonesia Tampilkan 5 Ganda Putra, Pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon Mundur

“Pegambilan material batu dan pasir yang tidak terkendali bisa menyebabkan terputusnya konektivitas antar habitat,” katanya mengingatkan. ***/bambang sugiharto

Editor: A. Purwoko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x