Ongkos Politik Pilkada Mahal: Ingin Calonkan Gubernur Minimal Harus Siapkan Rp 100 Miliar

- 1 Juli 2022, 23:59 WIB
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Alexander Marwata. (Foto: PMJ News/Dok Net).
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Alexander Marwata. (Foto: PMJ News/Dok Net). /

YOGYALINE - Meraih kekuasaan secara politik tidak ada yang gratis. Ingin menjadi calon gubernur, maka minimal siapkan uang cash Rp 100 miliar.

Mahalnya ongkos politik dalam perhelatan pemilihan kepala daerah ini mendapat sorotan dari KPK.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata mengungkapkan mahalnya biaya politik di Indonesia sehingga dalam proses pemilihan pun para calon seperti diwajibkan memiliki modal.

Baca Juga: Hasil Persib vs PSS Sleman: Laskar Sembada Cocorkan 5 Gol, Lolos ke Semifinal Piala Presiden 2022

"Tidak ada yang gratis, hasil survei kami, dana yang harus dimiliki para calon untuk menjadi kepala daerah tingkat II saja sebesar Rp20-30 miliar”.

“Untuk gubernur, harus memiliki dana Rp100 miliar," kata Alex saat memberi sambutan dalam pembekalan antikorupsi kepada Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Oesman Sapta Odang (OSO) beserta 54 pengurus Partai Hanura dalam program Politik Cerdas Berintegritas (PCB) Terpadu 2022 di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi (ACLC) KPK, Jakarta, Kamis.

Akhirnya, ongkos pencalonan didapat dari berbagai sponsor lantaran partai politik membolehkan berbagai perusahaan menyumbang.

Dampaknya, hal itu menjadikan beban politik di masa depan ketika sang calon terpilih.

Baca Juga: KPK Selidiki Dugaan Perkara Haryadi Suyuti yang Lain

Misalnya, kata dia, perusahaan kontraktor menyumbang sang calon maju dalam pilkada. Ketika sang calon tersebut terpilih maka akan ditagih "jatah proyek" di pemerintahannya.

"Kalau calon yang dijagokan menang, perusahaan penyumbang tersebut ikut tender dalam proyek kebijakannya dan pasti akan diloloskan”.

“Yang seperti ini akan runyam karena sudah dipesan di awal, bahkan mulai dari perencanaan proyeknya, kegiatannya, lelangnya, dan harga yang terbentuk juga pasti tidak bener," ujar Alex.***

Editor: A. Purwoko

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x