Cuaca Panas Saat Ini BMKG Ungkap Analisa Lengkap, Ciputat Catat Rekor! Di Mana Wilayah Terpanas di Asia?

25 April 2023, 12:18 WIB
ilustrasi cuaca panas sedang dirasakan sebagian besar wilayah di Indonesia. Inilah penjelasan Kepala BMKG selasa, 25 April 2023 ini. /Dok/gia/kemkes

YOGYALINE - Cuaca panas dikeluhkan masyarakat di sebagian besar wilayah di Indonesia akhir-akhir ini. Berikut ulasan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, pada Selasa 25 Maret 2023.

Dari fenomena cuaca panas akhir-akhir ini, suhu maksimum harian terpanas di Indonesia tercatat mencapai 37,2 derajat Celcius di stasiun pengamatan BMKG, yakni di Ciputat pada pekan lalu.

Sementara secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi saat ini berada pada kisaran 34-36 derajat celcius.

Baca Juga: Simak Fenomena Musim Pancaroba! BMKG Yogyakarta Beri Imbauan Begini Pada Bulan Maret - April Ini

Disebutkan pula wilayah Kumarkhali, kota di distrik Kusthia, Bangladesh menjadi daerah terpanas dengan suhu maksimum harian yang tercatat sebesar 51,2 C pada 17 April 2023.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati, hari ini Selasa 25 Maret 2023 mengatakan, sejak pekan lalu hingga hari ini, hampir sebagian besar negara-negara di Asia Selatan masih terdampak gelombang panas atau "heatwave".

Badan Meteorologi di negara-negara Asia seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand dan Laos telah melaporkan kejadian suhu panas lebih dari 40 derajat Celcius yang telah berlangsung beberapa hari belakangan dengan rekor-rekor baru suhu maksimum di wilayahnya.

Bahkan, lanjut Dwikorita, Badan Meteorologi Cina (CMA) melaporkan lebih dari 100 stasiun cuaca di China mencatat suhu tertinggi sepanjang sejarah pengamatan instrumen untuk bulan April ini.

"Di Jepang panas yang luar biasa juga teramati dalam beberapa hari terakhir," katanya.

Suhu panas pada bulan April di wilayah Asia, secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semu matahari.

Namun lonjakan panas di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, kawasan Indochina dan Asia Timur pada tahun 2023 ini termasuk yang paling signifikan lonjakannya.

Baca Juga: Simak Prakiraan Cuaca di Yogyakarta, Cuaca Panas, Hujan Berpotensi Turun di Sebagian Wilayah Sore Hari

Para pakar iklim menyimpulkan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini berkontribusi menjadikan gelombang panas semakin berpeluang terjadi lebih sering.

Gelombang Panas dapat dijelaskan melalui dua penjelasan yang saling melengkapi, yaitu penjelasan secara karakteristik fenomena dan penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian.

Secara karakteristik fenomena, Gelombang Panas umumnya terjadi:

- Pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi

- Di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan

- Pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas.

Gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari, yang berkaitan dengan aktifitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas.

Baca Juga: Cuaca di Yogyakarta Hari Ini Sabtu, 25 Maret 2023, Diperkirakan Hujan pada Sore Hari di DIY

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut.

 

Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut.

Secara indikator statistik suhu kejadian:

"Heat Wave" atau Gelombang Panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa yang berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO).

Selain itu untuk fenomena cuaca termasuk sebagai kategori gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata- ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas.

Baca Juga: Inilah Prakiraan Cuaca di Yogyakarta Hari Ini, 12 April 2023, Hujan Berpotensi Turun Sore Ini

Khusus di Indonesia, Dwikorita mengatakan, suhu panas di Indonesia bukan gelombang panas, dan sesuai data suhu maksimum harian sudah mulai turun.

Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam dengan dua penjelasan di atas secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut.

Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Dengan demikian potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Setelah suhu tinggi yang tercatat di BMKG di Ciputat pada pekan lalu yang hanya terjadi satu hari, saat ini suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi.

Variasi  suhu maksimum 34°C - 36°C untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun- tahun sebelumnya.

Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November.

Dwikorita juga menyoroti soal radiasi ultraviolet (UV) dari sinar matahari.  Menurut Dwikorita, besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV.

Baca Juga: BMKG : Gempa Bumi dan Tsunami Akan Terjadi di Sepanjang Selatan Pulau Jawa

Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme).

Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 s.d. 15:00 waktu setempat.

Selanjutnya akan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari.

Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.

Tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas.

Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV.

Baca Juga: Bagaimana Cuaca Yogya Hari Ini, Simak Prakiraan Cuaca BMKG, Selasa 25 April 2023, Hujan Turun Sore Hari

Untuk lokasi dengan kondisi umum cuacanya diprakirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari.

"Masyarakat  tidak perlu panik menyikapi informasi UV harian tersebut, serta mengikuti dan melaksanakan himbauan respon bersesuaian yang dapat dilakukan untuk masing- masing kategori index UV”.

“Misalnya menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya apabila melakukan aktifitas di luar ruangan," katanya. ***/adi prabowo

Editor: A. Purwoko

Tags

Terkini

Terpopuler