Mengenal Zona Sesar Geser di Indonesia, Begini Kata Kepala BMKG Dwikorita Soal Gempa Turki

- 26 Februari 2023, 16:15 WIB
Kepala BMKG Dwikorita dalamFocus Group Discussion (FGD) bertopik "Lesson Learned from Turkey Earthquake for Mitigation Preparedness of the Next Potential Destructive Earthquake in Indonesia".
Kepala BMKG Dwikorita dalamFocus Group Discussion (FGD) bertopik "Lesson Learned from Turkey Earthquake for Mitigation Preparedness of the Next Potential Destructive Earthquake in Indonesia". /antara/

YOGYALINE - Gempa Turki menjadi pengingat bagi kita yang ada di Indonesia, yang juga merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif. Marilah mengenal zona sesar geser di Indonesia.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengigatkan bahwa gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari 2023 lalu menjadi pengingat bagi Indonesia dimana harus tetap sigap menyikapi segala potensi.

Ia mengingatkan hal itu karena Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif. Terlebih gempa yang bersifat merusak akibat pusat gempa berada di permukaan yang sama dengan Turki.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini Minggu 26 Februari 2023 di Wilayah Yogyakarta Hujan Turun di Daerah Ini

"Gempa Turki menjadi pengingat bagi kita yang ada di Indonesia, yang juga merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa yang dipicu sesar aktif terlebih gempa yang bersifat merusak akibat pusat gempa berada di permukaan yang dangkal," sebut Dwikorita dalamFocus Group Discussion (FGD) bertopik "Lesson Learned from Turkey Earthquake for Mitigation Preparedness of the Next Potential Destructive Earthquake in Indonesia" di Yogyakarta.

Kajian yang komprehensif mengenai zona sesar geser di Indonesia meliputi Sesar Besar Sumatera, Sesar Palu Koro, Sesar Matano, Sesar Cimandiri, Sesar Opak, Sesar Gorontalo, Sesar Tarera Aiduna, Sesar Yapen, dan lainnya.

Itu diperlukan kewaspadaan, khususnya terkait keberadaan sesar Gorontalo dan Opak yang terletak di daerah padat penduduk dan memerlukan perhatian lebih.

Menurut Dwikorita penyebab umum keruntuhan bangunan akibat gempa bumi,  yaitu desain bangunan yang tidak konsisten, material dan kualitas yang kurang baik, perawatan yang tidak memadai.

Dan permintaan seismik terkadang terlalu tinggi karena beberapa faktor tertentu seperti ketidakteraturan struktural, massa yang tidak perlu, dan lain-lain.

Halaman:

Editor: A. Purwoko


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x