YOGYALINE – Simak tanggal 30 Maret hari ini, ada momentum hari peringatan apa? Hari ini tanggal 30 Maret 2023 merupakan Peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke-73, hari yang penuh makna bagi perfilman nasional.
Bagi insan perfilman nasional, Hari Film Nasional menjadi saat yang tepat untuk melihat wajah perfilman nasional saat ini.
Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Panggaru minta HFN kali ini tak hanya sebagai wujud perayaan bahwa pada 30 Maret 1950 yang lalu merupakan momen sejarah film Indonesia atau perfilman nasional.
Baca Juga: Zodiak Paling Beruntung Besok Jumat 31 Maret 2023, Cinta, Keuangan, Karier
Pada tanggal 30 Maret 1950, adalah untuk pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan perusahaan Indonesia.
"Namun hendaknya perayaan HFN 2023 dijadikan sebagai momen yang baik untuk berpikir kritis tentang perfilman nasional," ujar Gunawan saat pembukaan konferensi perfilman nasional 2023.
Ia ungkapkan, kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan perfilman nasional terbilang cukup menggembirakan. Tren positif ini terlihat dari peningkatan jumlah produksi film dan jumlah penonton.
Capaian prestasi gemilang dengan raihan 61 persen market share penonton film di Indonesia pada akhir tahun 2022 merupakan momentum penting yang mengokohkan perfilman sebagai industri dan pranata sosial yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan.
Meskipun jumlah dan sebaran bioskop masih jauh untuk dikatakan dalam kondisi ideal, namun jumlah layar yang dikelola oleh ekshibitor terus bertumbuh dari tahun ke tahun.
Seiring tren penggunaan data sebagai alat bantu dalam media online berkembang pesat, layanan streaming baik VOD maupun OTT turut meningkat pesat pula.
"Semakin hari, platform media baru semakin menjanjikan sebagai kanal alternatif bagi penonton dan sebagai lapangan kerja bagi pelaku usaha perfilman nasional."
Namun begitu, tren positif ini menurutnya juga menyimpan tantangan besar, kanal digital masih sangat rentan pembajakan. Hal ini disebutnya sebagai ancaman serius bagi industri film nasional.
Dikatakan, tiap tahun peningkatan produksi dan minat bekerja di perfilman semakin meninggi. Ada banyak talenta baru hasil dari pendidikan dan pelatihan perfilman ‘mengantri’ untuk masuk dan bekerja di industri film Indonesia.
Dalam sejarah film Indonesia, pertumbuhan jumlah lembaga pendidikan film, baik formal maupun informal di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi merupakan indikasi peningkatan potensi tenaga kerja di bidang perfilman.
Di sisi lain, saat ini produksi film masih memiliki masalah minim pekerja. Ini karena hasil pendidikan dan pelatihan perfilman tidak langsung dapat terserap di pasar kerja.***