Baca Juga: Ketua Koperasi Simpan Pinjam Intidana Masuk Daftar DPO Kejaksaan Negeri Semarang
Di belakang Kebo Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton) yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri.
Kehadiran kebo bule tersebut menjadi daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam 1 Suro.
Kirab dilakukan dengan berjalan menuju arah timur melewati Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, lalu Jalan Slamet Riyadi, hingga bunderan Gladag dan kembali lagi menuju keraton. Ratusan orang yang berkumpul serempak menunggu kerbau dan benda pusaka milik keraton yang akan melintas.
Baca Juga: Viral Ikan Paus Terdampar di Muara Pantai Congot Yogyakarta, Disebut Mirip Putri Duyung
Setelah itu, mereka berebut sesaji yang dibagikan oleh pihak keraton. Sebagian warga meyakini bahwa sesaji pada malam 1 Suro dipercaya bisa memberikan keselamatan dan berkah.
Topo Bisu Mubeng Beteng
Berbeda dengan di Surakarta, di Kraton Ngayogyakarta memperingati Malam 1 Suro dengan cara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton sejauh sekitar 5 km yang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Para abdi dalem keraton, beberapa hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta benda pusaka menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab
Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng. Tujuannya untuk mendengarkan suara hati dan nurani.