Tidak Perlu Menghindari Penderita Leptospirosis, Tergolong Penyakit Zoonosis

20 Maret 2023, 18:29 WIB
Waspada Leptospirosis. Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya /Pixabay/

,

 

YOGYALINE - Penyakit leptospirosis yang marak saat ini di berbagai daerah di Indonesia terutama yang banjir membuat masyarakat kawatir.

Namun masyarakat tidak perlu kawatir pada penderita yang terkena penyakit ini karena hingga saat ini penularan lewat hewan ke manusia, belum ada ditemukan penularan dari manusia ke manusia.

Leptospirosis bisa ditemukan di seluruh negara di dunia. Namun, ia paling umum terjadi di daerah beriklim sedang atau tropis yang mencakup Asia Selatan dan Tenggara, Oseania, Australia, Karibia, sebagian Afrika sub-Sahara, dan sebagian Amerika Latin.

Leptospirosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Baca Juga: Cek harga tiket jadwal kapal Pelni KM Dorolonda bulan Maret – April 2023 rute Surabaya, Makasar, Bau Bau

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira. Seseorang dapat terinfeksi bakteri jika mata, mulut, hidung, ataupun luka terbuka pada kulit bersinggungan dengan:

  • Urine, darah, ataupun jaringan dari binatang yang membawa bakteri.
  • Air yang terkontaminasi oleh bakteri.
  • Tanah yang terkontaminasi oleh bakteri.
  • Seseorang juga dapat terkena leptospirosis jika tergigit binatang yang terinfeksi oleh penyakit tersebut.

Perlu diketahui bahwa leptospirosis adalah penyakit zoonosis. Artinya, penyakit ini  dapat menginfeksi manusia sekaligus sesama hewan, seperti anjing ke sesama anjing.

Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Penyakit infeksi bakteri ini banyak terjadi di daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. 

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena leptospirosis, seperti:

  • Orang yang bekerja di luar ruangan atau dengan binatang, seperti petani, dokter hewan, tukang daging, pekerja selokan, pekerja rumah potong hewan, dan lain-lain.
  • Orang yang berkemah.
  • Tentara.
  • Pekerja tambang
  • Orang yang mandi di danau, sungai, atau kanal air tawar.

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena leptospirosis, seperti:

  • Orang yang bekerja di luar ruangan atau dengan binatang, seperti petani, dokter hewan, tukang daging, pekerja selokan, pekerja rumah potong hewan, dan lain-lain.
  • Orang yang berkemah.
  • Tentara.
  • Pekerja tambang
  • Orang yang mandi di danau, sungai, atau kanal air tawar.

Baca Juga: 5 Tes Penunjang Untuk Menegakkan Diagnosis Leptospirosis Selain Gejala dan Pemeriksaan Fisik

Tidak semua orang yang terkena leptospirosis akan langsung menunjukkan gejala. Bisa saja gejala baru muncul setelah pengidap melewati masa inkubasi sekitar 10 hari, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Demam tinggi hingga menggigil.
  • Nyeri kepala.
  • Nyeri otot khususnya di daerah betis.
  • Sakit tenggorokan disertai batuk kering.
  • Mata merah dan kulit menguning.
  • Mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.

Pengobatan memang dapat membantu mengurangi keparahan leptospirosis. Namun, tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi, seperti:

  • Meningitis. 
  • Gagal hati.
  • Kerusakan ginjal (yang dapat menyebabkan gagal ginjal).
  • Masalah pernapasan. 
  • Kolaps hemodinamik (syok). 
  • Kematian janin (pada ibu hamil yang terinfeksi leptospirosis). 
  • Dalam beberapa kasus, leptospirosis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian.

Editor: Ucu Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler