5 Tes Penunjang Untuk Menegakkan Diagnosis Leptospirosis Selain Gejala dan Pemeriksaan Fisik

- 19 Maret 2023, 13:36 WIB
Ilustrasi Mengenal Penyakit Leptospirosis, beserta Gejala dan Penyebabnya /geralt/Pixabay
Ilustrasi Mengenal Penyakit Leptospirosis, beserta Gejala dan Penyebabnya /geralt/Pixabay /

YOGYALINE - Proses penegakan diagnosis leptospirosis dapat dilakukan melalui gejala, riwayat penyakit pengidap, serta pemeriksaan fisik. Selain itu, beberapa tes penunjang juga dapat dilakukan untuk membantu memastikan diagnosis penyakit tersebut dan mengetahui tingkat keparahan yang dialami pengidap.

Untuk pemeriksaan penunjang ada 5 tes yang bisa digunakan untuk bisa menegakkan diagnose leptospirosis. Tes penunjang tersebut, antara lain:

  • Tes urine, untuk melihat keberadaan bakteri leptospira dalam urine.
  • Tes darah, untuk melihat adanya bakteri dalam aliran darah, dan antibodi dalam tubuh. Pemeriksaan antibodi dalam darah perlu diulang lagi dalam waktu satu minggu untuk memastikan hasilnya, karena hasil positif bisa saja ditunjukkan dari infeksi lain yang terjadi sebelumnya.
  • Pemeriksaan fungsi ginjal, untuk melihat kondisi ginjal dan infeksi bakteri ini pada ginjal.
  • Pemeriksaan fungsi hati.
  • Foto Rontgen paru, untuk melihat apakah infeksi sudah menyebar hingga ke organ paru-paru.

Leptospirosis merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira interrogans. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Cek Jadwal Kapal Pelni KM Sirimau Bulan Maret – April 2023, Segera Cek Mudik Gratis Ramadhan

Perlu diketahui bahwa leptospirosis adalah penyakit zoonosis. Artinya, penyakit ini  dapat menginfeksi manusia sekaligus sesama hewan, seperti anjing ke sesama anjing.

Leptospirosis dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Penyakit infeksi bakteri ini banyak terjadi di daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi. 

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena leptospirosis, seperti:

  • Orang yang bekerja di luar ruangan atau dengan binatang, seperti petani, dokter hewan, tukang daging, pekerja selokan, pekerja rumah potong hewan, dan lain-lain.
  • Orang yang berkemah.
  • Tentara.
  • Pekerja tambang
  • Orang yang mandi di danau, sungai, atau kanal air tawarTidak semua orang yang terkena leptospirosis akan langsung menunjukkan gejala. Bisa saja gejala baru muncul setelah pengidap melewati masa inkubasi sekitar 10 hari, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  • Demam tinggi hingga menggigil.
  • Nyeri kepala.
  • Nyeri otot khususnya di daerah betis.
  • Sakit tenggorokan disertai batuk kering.
  • Mata merah dan kulit menguning.
  • Mual hingga muntah-muntah dan disertai diare.

Pengobatan memang dapat membantu mengurangi keparahan leptospirosis. Namun, tanpa pengobatan yang tepat, penyakit ini juga dapat menyebabkan komplikasi, seperti:

  • Meningitis. 
  • Gagal hati.
  • Kerusakan ginjal (yang dapat menyebabkan gagal ginjal).
  • Masalah pernapasan. 
  • Kolaps hemodinamik (syok). 
  • Kematian janin (pada ibu hamil yang terinfeksi leptospirosis). 
  • Dalam beberapa kasus, leptospirosis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. 

Cara terbaik untuk mencegah leptospirosis adalah dengan menghindari paparan bakteri. Meski begitu, penyakit tersebut dapat menular baik pada manusia maupun pada sesama hewan. Maka dari itu, pencegahan leptospirosis akan terbagi menjadi dua, yaitu pada manusia, dan pada hewan peliharaan. Berikut adalah penjelasannya: 

Halaman:

Editor: Ucu Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x