Ibu Hamil Boleh Tidak Puasa, Ini Alasannya

- 31 Maret 2023, 02:56 WIB
Ilustrasi. Tanda bahaya pada ibu hamil yang boleh dibatalkan puasanya.
Ilustrasi. Tanda bahaya pada ibu hamil yang boleh dibatalkan puasanya. /Freepik/freepic.dillar

 

YOGYALINE  - Ibu hamil dalam kondisi sehat dan normal sebenarnya boleh saja menjalankan ibadah puasa. Namun harus ada persetujuan dari dokter kandungan.

Hanya saja, ada beberapa kondisi yang menyebabkan ibu hamil tidak mampu untuk berpuasa. 

Kondisi ibu hamil sebaiknya membatalkan puasa bisa dilihat dari berbagai tanda atau gejala yang kondisi tidak memungkinkan untuk berpuasa, antara lain:

1. Pergerakan bayi berkurang

Beberapa ibu hamil baru mulai merasakan pergerakan janin saat memasuki trimester dua, tepatnya ketika usia kehamilan mencapai 18-24 minggu.

Baca Juga: Cek Jadwal Berlayar Kapal Pelni KM Bukit Siguntang Bulan Maret–April 2023, Lengkap Semua Rute

Bila ibu hamil berpuasa pada trimester kedua atau trimester ketiga, ibu perlu waspada jika pergerakan bayi berkurang atau bayi tidak bergerak dalam kandungan.

Melansir laman Tommy’s bayi yang kurang bergerak atau adanya perubahan pada gerak bayi bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah pada janin.

Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk batal puasa bila perubahan gerak pada bayi ini terjadi akibat ibu berpuasa.

Untuk memastikannya, coba hitung seberapa banyak gerakan dan tendangan bayi Anda selama dua jam pada waktu ketika bayi Anda biasanya aktif.

Bila jumlah tendangan dan gerakan berkurang saat ibu hamil puasa, ibu hamil boleh atau bahkan diharuskan untuk batal puasa.

Lihat juga reaksi bayi, apakah ia perlahan mulai bergerak atau menendang lagi setelah Anda membatalkan puasa.

Baca Juga: IMSAKIYAH SLEMAN HARI INI, Jumat 31 Maret 2023, Cek Jadwal Buka Puasa

Jika tidak ada perubahan dalam gerakan bayi, segera hubungi dokter.

2. Ibu dengan kehamilan risiko tinggi

Berpuasa mungkin tidak direkomendasikan pada sebagian ibu hamil yang memiliki kehamilan resiko tinggi tertentu.

Ambil contohnya, ibu dengan diabetes selama kehamilan ( diabetes gestational ).

Baby Centre menyebut, puasa dapat menyebabkan kadar gula darah turun dan dehidrasi. Sementara saat berbuka puasa dan sahur, kadar gula darah bisa menjadi terlalu tinggi.

Meski begitu, beberapa ibu dengan kehamilan risiko tinggi mungkin mendapat izin dari dokter untuk puasa.

Ini termasuk ibu yang didiagnosis dengan preeklampsia, memiliki riwayat penyakit autoimun maupun gangguan tiroid atau mungkin juga ibu dengan diabetes gestasional.

Meski begitu, ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi disarankan untuk batal puasa bila muncul gejala tertentu, seperti di bawah ini.

  • Sakit kepala.
  • Penglihatan buram.
  • Pusing saat hamil.
  • Bengkak tiba-tiba atau parah di wajah, kaki, atau tangan.
  • Mual dan muntah.
  • Pergerakan janin berkurang.
  • Nyeri perut di bagian bawah.

Bukan cuma batal puasa, sebaiknya Anda pun segera berkonsultasi kepada dokter bila gejala-gejala tersebut muncul.

3. Mual dan muntah berlebih

Pada trimester pertama, ibu hamil sering mengalami mual dan muntah berlebihan, lebih parah dari morning sickness.

Baca Juga: 5 Resep Sederhana dan Lezat Untuk Sahur, Bisa Untuk Anak Kos

Mual dan muntah berlebihan pada ibu hamil dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan membahayakan diri dan janinnya.

Untuk itu, ibu hamil sebaiknya membatalkan puasa jika kondisinya sudah sangat lemas dan tidak kuat lagi. Mengingat, periode awal kehamilan merupakan masa penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.

4. Dehidrasi

Memenuhi kebutuhan air putih saat hamil penting untuk membentuk air ketuban sekitar di sekitar janin guna mendukung tumbuh kembangnya.

Oleh karena itu, ibu hamil perlu memastikan kebutuhan cairannya tetap terpenuhi meski sedang berpuasa.

Jangan sampai dehidrasi saat kehamilan terjadi karena bisa fatal akibatnya.

Dehidrasi parah bisa menyebabkan ibu hamil sampai mengalami syok karena tekanan darah rendah.

Pada kondisi serius, dehidrasi bisa menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti air ketuban sedikit yang bisa mengganggu perkembangan janin.

Risiko ini, pada gilirannya, bisa menyebabkan cacat lahir pada bayi karena kurangnya nutrisi selama kehamilan.

Oleh karena itu, sebaiknya ibu hamil batal puasa bila muncul tanda-tanda dehidrasi seperti berikut.

  • Rasa haus yang berlebihan.
  • Mulut dan bibir terasa kering.
  • Merasa lemas, pusing, atau sakit kepala saat hamil.
  • Urine berwarna kuning gelap.
  • Ibu hamil sembelit.
  • Sulit berkonsentrasi, tidak bisa berpikir, atau linglung.
  • Mata berkunang-kunang atau penglihatan buram.
  • Mual saat hamil.
  • Merasa mau pingsan.

5. Ibu Hamil Mengalami Gangguan Pencernaan

Ibu hamil yang mengalami gangguan pencernaan, misalnya maag ataupun diare hebat, disarankan untuk tidak melanjutkan puasa. Terutama jika maag cukup intens atau frekuensi diare cukup sering.

Ibu hamil yang memaksakan diri untuk puasa ditakutkan akan memperparah sakit maagnya. Sementara diare membuang banyak cairan dari tubuh dan dapat berakibat fatal, terutama pada wanita hamil.

Tidak hanya untuk kesehatan ibu hamil saja, penyakit pencernaan ini jika dibiarkan bisa berbahaya untuk kesehatan janin.

6. Flek atau pendarahan
Ketika mengalami flek atau perdarahan, ibu hamil sebaiknya tidak melanjutkan puasanya. Sebab perdarahan yang semakin parah parah dikhawatirkan dapat menghambat perkembangan dan kesehatan janin.

7. Kadar hemoglobin rendah
Turun atau rendahnya kadar hemoglobin dalam tubuh manusia merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi. Kadar hemoglobin yang rendah menunjukkan risiko terjadinya anemia.

Ibu hamil dengan anemia membutuhkan asupan protein dan zat besi untuk mendukung tumbuh kembang janin secara optimal.

8. Ibu Hamil dengan Penyakit Penyerta

Ibu hamil dengan penyakit penyerta seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, sakit jantung, kelainan paru dan sebagainya, sebaiknya tidak melanjutkan puasa. Apalagi jika disertai dengan gejala lain seperti pusing, gemetar, atau mengalami bengkak di tangan dan kaki.

Sebab, bumil dengan penyakit penyerta diharuskan untuk minum obat secara rutin. Jika terapi obat dihentikan justru akan membahayakan kondisi sang ibu.

Editor: Ucu Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x