Mengenal Operasi Prostat Pada BPH

- 24 Februari 2023, 19:41 WIB
Dokter spesialis BLUD RS Konawe melakukan tindakan operasi terhadap pasien celah bibir.
Dokter spesialis BLUD RS Konawe melakukan tindakan operasi terhadap pasien celah bibir. /Istimewa/

 

YOGYALINE – Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang memiliki ukuran sebesar kacang kenari. Letaknya berada di dalam panggul, tepatnya pada bagian bawah kandung kemih. Kelenjar ini hanya ada pada tubuh pria, dan tidak akan ditemukan pada wanita.

Ketika terjadi gangguan, kelenjar prostat bisa membesar hingga menyebabkan kesulitan buang air kecil. Salah satu prosedur medis yang kerap ditempuh untuk mengatasi pembesaran prostat adalah operasi TURP atau transurethral resection of the prostate.

Karena adanya pembesaran pada prostat sehingga menekan saluran kencing yang menimbulkan berbagai gejala antara lain : susah buang air kecil, aliran urine yang tersendat-sendat, merasa tidak tuntas setelah buang air kecil, tidak bisa kencing, kencing berdarah, nyeri di perut.

Pembesaran prostat atau benign prostatic hyperplasia rentan terjadi seiring dengan pertambahan usia. Selain bisa menghambat keluarnya urine, jika tak segera ditangani, gangguan prostat ini bisa berkembang menjadi infeksi dan menurunkan fungsi ginjal. Operasi TURP adalah tindakan penanganan yang lazim dilakukan di rumah sakit untuk menangani gangguan prostat itu.

Baca Juga: 3 Gangguan Yang Sering Terjadi Pada Prostat

Dalam operasi TURP, dokter menggunakan alat bernama resektoskop yang dimasukkan lewat saluran uretra untuk mengikis atau mengeruk jaringan berlebih yang menghambat aliran urine pada prostat dan menariknya keluar dari dalam tubuh. Karena itu, prosedur ini juga sering disebut operasi kerok prostat di kalangan masyarakat awam. Resektoskop adalah alat berbentuk tabung tipis dan kecil sebesar pena yang dilengkapi alat bantu visual dan alat pemotong di ujungnya.

Operasi TURP adalah prosedur minimal invasif yang berarti tak ada sayatan ataupun luka yang perlu dijahit karena resektoskop bisa dimasukkan lewat saluran uretra. Pasien biasanya dilakukan bius spinal sehingga pasien tetap terjaga tapi tak merasakan apa pun hingga prosedur selesai.

Operasi TURP ini digunakan pada pria dengan pembesaran prostat dengan gejala sedang hingga berat dan tak menunjukkan perbaikan kondisi meski sudah diberi pengobatan.

Prosedur TURP dinilai sebagai penanganan paling efektif untuk masalah pembesaran prostat, dan dengan risiko komplikasi yang lebih kecil dan waktu pemulihan pasien lebih cepat.

Baca Juga: 5 Komplikasi Kanker Prostat yang Perlu Diketahui

Selain itu, lewat operasi ini dokter bisa mengambil spesimen patologis pada akhir prosedur. Potongan kecil prostat bisa diambil untuk dianalisis di bawah mikroskop. Hal ini penting bila pasien memiliki risiko mengalami kanker prostat atau kandung kemih.

Seusai operasi TURP, pasien biasanya perlu menjalani rawat inap selama 1-2 hari untuk pemulihan. Setelah kondisinya dinyatakan stabil, pasien baru bisa pulang. Mungkin dokter akan memasang kateter urine untuk memudahkan buang air kecil sehingga pasien perlu memperhatikan perawatan alat bantu ini. Kateter bisa dilepas saat menjalani kontrol di rumah sakit seusai tindakan.

Pasien biasanya disarankan tidak melakukan aktivitas fisik berat selama sekitar 2 minggu setelah operasi. Yang juga penting adalah pasien harus memastikan minum cukup air putih setiap hari untuk menguras kandung kemih. Pasien juga perlu berhati-hati ketika buang air besar karena lokasi rektum dan prostat berdekatan.

Biasanya bagi pasien pasaca operasi TURP keluar darah bercampur dengan urine setelah operasi TURP. Pasien juga biasanya merasa sedikit nyeri saat berkemih. Efek samping ini akan terasa selama sekitar 6 minggu.

Editor: Ucu Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah